1. Jelaskan
apa hakekat dari belajar dan pembelajaran. Bagaimana peran dan tugas guru dalam
proses pembelajaran?
Jawab
Banyak penjelasan terkait
pengertian belajar, diantaranya yang disampaikan oleh beberapa ahli berikut ini
:
Ø Moh.
Surya (1997), belajar diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Ø Witherington
(1952) : belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan.
Ø Di Vesta dan
Thompson (1970) : belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman.
Ø Gage &
Berliner : belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul
karena pengalaman
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa
belajar merupakan
proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman, yang menghasilkan kemampuan,
perolehan keterampilan dan perubahan sikap yang dapat dikuasai manusia secara
bertahap atau belajar merupakansuatu perubahan perilaku yang terjadi
berdasarkan proses/pengalaman.
sedangkan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan atau proses interaksi peserta didik dan pendidik serta sumber belajar yang terjadi pada suatu lingkungan belajar yang menyebabkan terjadinya proses belajar.
sedangkan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan atau proses interaksi peserta didik dan pendidik serta sumber belajar yang terjadi pada suatu lingkungan belajar yang menyebabkan terjadinya proses belajar.
Peran dan tugas guru dalam proses
pembelajaran diantaranya :
a) Sebagai
konservator (pemelihara), dimana guru
bertugas memelihara sistem nilai yang
merupakan sumber norma kedewasaan. Bukan hanya mentransfer pengetahuan tetapi
guru juga berperan mendidik siswa pada hal-hal yang baik, yang sesuai dengan
norma atau aturan;
b) Sebagai
trasnmitor (penerus) sistem nilai-nilai
yang dianggap baik agar dapat diterapkan oleh siswa;
c) Sebagai
transformer (penerjemah) sistem
nila-nilai yang telah ada melalui tutur bahasa dan perilakunya;
d) Sebagai
planner (perencana) seperti guru
berperan mempersiapkan apa yang akan dilakukan didalam proses pembelajaran;
e) Sebagai
manajer proses pembelajaran, dimana
guru bertugas mengelola proses operasional pembelajaran, mulai dari
mempersiapkan, mengorganisasikan, melaksanakan sampai mengevaluasi;
f) Sebagai
director (pemandu) bertugas
menunjukkan arah dari tujuan pembelajaran;
g) Sebagai
organisator (penyenggara) bertugas
mengorganisasikan seluruh kegiatan pembelajaran, mulai dari memimpin,
merangsang, menggerakkan sampai mengarahkan sesuai rancangan kegiatan
pembelajaran yang tela dibuat;
h) Sebagai
komunikator bertugas
mengkomunikasikan siswa dengan berbagai sumber belajar;
i)
Sebagai fasilitator bertugas memberikan kemudahan bagi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran;
j)
Sebagai motivator bertugas memberikan dorongan belajar,
k) Sebagai
evaluator (penilai) bertugas
mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis dan mempertimbangkan tingkat
keberhasilan belajar berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
2.
Jelaskan
apa yang dimaksud sebagai pembelajaran sebagai suatu sistem dan pembelajaran
sebagai suatu proses?
Jawab
Pembelajaran sebagai suatu sistem
merupakan pembelajaran
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan
pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan
tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan). Sedangkan
pembelajaran sebagai suatu proses adalah Pembelajaran
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa
belaja, meliputi:
•
Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan
mengajar (lesson plan) dan
penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat
evaluasi, buku atau media cetak lainnya.
•
Melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan
pembelajaran yang telah dibuatnya.
Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran
yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen
guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;
•
Menindaklanjuti
pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca
pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula
berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan
belajar.
3.
Jelaskan
empat pilar pendidikan yang dikeluarkan oleh UNESCO?
Jawab
Untuk menghadapi dan menyesuaikan
diri dengan tuntutan perkembangan dunia yang sangat cepat, UNESCO (Nana Saodih
Sukmadinata, 2005) merumuskan empat pilar pendidikan, diantaranya : belajara
mengetahui (learning to know),
belajar berkarya/melakukan (learning to
do), belajar hidup bersama (learning
to live together) dan belajar berkembang secara utuh (learning to be)
1. Belajar
mengetahui (learning to know)
Belajar mengetahui
berkenaan dengan perolehan, penguasaan dan pemanfaatan informasi. Belajar
mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan
pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan,
melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll.
Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan
masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai
tujuan: memperluas wawasan, meningkatakan kemampuan, memecahkan masalah,
belajar lebih lanjut, dll. Menurut Jacques Delors (1996) terdaat dua manfaat
dari pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean) dan pengetahuan sebagai
hasil (end). Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk pencapaian
berbagai tujuan, seperti: memahami lingkungan, hidup layak sesuai kondisi
lingkungan, pengembangan keterampilan bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil,
pengetahuan mereka dasar bagi kepuasaan memahami, mengetahui dan menemukan.
Pengetahuan
terus berkembang, setiap saat ditemukan pengetahuan baru. Oleh karena itu
belajar mengetahui harus terus dilakukan, bahkan ditingkatkan menjadi knowing
much (berusaha tahu banyak).
2. Belajar
berkarya (learning to do)
Agar mampu
menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat
cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Belajar berkarya berhubungan erat
dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep
komisi Unesco, belajar berkarya ini mempunyai makna khusus, yaitu dalam kaitan
dengan vokasional. Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai
keterampilan dan kompetensi kerja. Sejalan dengan tuntutan perkembangan
industri dan perusahaan, maka keterampilan dan kompetisi kerja ini, juga
berkembang semakin tinggi, tidak hanya pada tingkat keterampilan, kompetensi
teknis atau operasional, tetapi sampai dengan kompetensi profesional. Karena
tuntutan pekerjaan didunia industri dan perusahaan terus meningkat, maka
individu yang akan memasuki dan/atau telah masuk di dunia industri dan
perusahaan perlu terus bekarya. Mereka harus mampu doing much
(berusaha berkarya banyak).
3. Belajar
hidup bersama (learning to live together)
Dalam
kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik,
daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan
bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi,
berkomonikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar
hidup bersama. Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan,
tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa bekerjasama dan hidup
rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha
membina kehidupan bersama)
4. Belajar
berkembang utuh (learning to be)
Tantangan
kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan
manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang
secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik,
maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar
mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya. Sebenarnya tuntutan perkembangan
kehidupan global, bukan hanya menuntut berkembangnya manusia secara menyeluruh
dan utuh, tetapi juga manusia utuh yang unggul. Untuk itu mereka harus berusaha
banyak mencapai keunggulan (being excellence). Keunggulan diperkuat
dengan moral yang kuat. Individu-individu global harus berupaya bermoral kuat
atau being morally.
4.
Menurut
pendapatmu apa saja permasalahan pendidikan di Indonesia dan bagaimana
solusinya?
Jawab
Permasalahan pendidikan di
Indonesia dapat dilihat dari dua sisi, yakni dari sisi mendasar dan sisi
kualitas.
a. Masalah
mendasar pendidikan di Indonesia
Permasalahan pendidikan di Indonesia, pertama; lebih menekankan pada manusia
robot, karena pada pelaksanaannya dilakukan tidak seimbang karena banyak mengorbankan
keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku
belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang,
yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab
ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan
berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai,
semangat dan sebagainya. Kedua; sistem pendidikan yang
top-down (dari atas ke bawah) atau
kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika
Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistempendidikan ini sangat
tidak membebaskan karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia
yang tidak tahu apa-apa Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan murid
sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak membebaskan karena sangat
menindas para murid. Dan ketiga; model pendidikan yang
demikian maka manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk
memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.
Manusia sebagai objek (yang adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena
yang justru bertolak belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia
tercerabut dari akar-akar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia)
b. Kualitas
pendidikan di Indonesia
Dilihat dari kualitas, pendidikan
di Indonesia masih rendah. Hal itu terbukti dari rendahnya kualitas sarana
fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya
prestasi siswa, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan, rendahnya relevansi
pendidikan dengan kebutuhan dan mahalnya biaya pendidikan.
Untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana
fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan
diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
a.
Solusi
sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan
dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistempendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di
Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung
jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
b.
Solusi
teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis
dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas
sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi
solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan
berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa,
misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi
pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan
sebagainya.
Maka dengan adanya
solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat
bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru
yang berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
5.
Manusia
yang bagaimanakah yang akan dihasilkan oleh pendidikan yang behavioristik? Dan
manusia yang bagaimanakah yang akan dihasilkan oleh pendidikan yang kognitif-konstruktivistik?
Jawab
a.
Teori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar dan sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori behaviorisme apa saja yang
diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons) semua
harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanya implisit (tersirat). Faktor
lain yang juga penting adalah faktor penguat (reinforcement). Penguat adalah
apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambah
(positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) responspun akan tetap dikuatkan.
Misalnya bila seorang anak bertambah giat belajar apabila uang sakunya ditambah
maka penambahan uang saku ini disebut sebagai positive reinforcement.
Sebaliknya jika uang saku anak itu dikurangi dan pengurangan ini membuat ia
makin giat belajar, maka pengurangan ini disebut negative reinforcement.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai
didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997):
·
Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si
belajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya
·
Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil
dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah
mempelajarinya
·
Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara
langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan
telah benar atau belum
·
Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar
maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh
yang lebih baik daripada penguatan negatif
Aplikasi teori
belajar behaviorisme dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pelopor terpenting teori ini antara lain
adalah : Pavlov, Watson, Skinner, Thorndike, Hull, dan Guthrie.
Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b.
Teori Kognitif
Teori
Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup
tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan
informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang
berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan
kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini
berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang
termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Menurut
teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi
dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan
pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk
struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila
materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh siswa.
Prinsip
kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada
perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
·
Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan
memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika
tertentu
·
Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke
kompleks
·
Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada
dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Aplikasi
teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa
bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra
sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan
pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan
pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk
mencapai keberhasilan siswa.
Piaget
menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu
a.
Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses
mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus memahami proses yang
digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman – pengalaman
belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan
jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai
pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud;
b.
Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri
dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan
bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made knowledge ) anak didorong
menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan;
c.
Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal
kemajuan per- kembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbungan itu berlangsung
pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk
mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu – individu ke
dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk
klasikal;
d.
Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi.
Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk
perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara
langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
3. Teori
Konstruktivistik
Konstruktivisme
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah
bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld). Pengetahuan bukan tiruan
dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan
merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk
pengetahuan tersebut. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan
harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga
bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang
terus-menerus. Dalam proses itu keaktivan seseorang sangat menentukan dalam
mengembangkan pengetahuannya.
Jean Piaget
adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan
teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Sama halnya dengan
setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat
bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia. Manusia berhadapan
dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus
ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan
skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan
menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu,
pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut
meliputi:
a)
Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya
seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya
dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk
mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
b)
Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang
tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
c)
Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena
konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d)
Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur
dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari
disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya :
a.
Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi
telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum
mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini
menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan
baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha
keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik
pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para
siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b.
Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya,
sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau dikonstruksi para siswa
sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa harus dapat secara aktif
mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka
kognitifnya.
c.
Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami
model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan
penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung
model-model itu.
d.
Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka
sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya
“menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan
pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu
perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e.
Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi
oleh peserta didik.
f.
Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan
melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
g.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat
menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai
fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya
konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar
adalah sebagai berikut:
a)
Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non
objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
b)
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari
pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.
c)
Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang
berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang
didalam menginterprestasikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar